Sekretariat : Jl. Brantas EJ-10 Wisma Tropodo
Telp. (031) 8686159 Waru - Sidoarjo - Jawa Timur
E-mail : pkstropodo@gmail.com

Indonesian Bloggers Condemn Israel
Komentar Anda

Name :
Web URL :
Message :


Artikel Terbaru

Ketenangan Dalam Kebenaran
Awal Sebuah Gagasan


Arsip Lama



Powered by Blogger
Sunday, August 13, 2006
Kita telah Merdeka secara Fisik

Apakah kita sudah benar-benar tak terjajah?

Merdeka ataoe Mati!!
Begitulah pekik pejuang di era revolusi fisik sekitar pertengahan abad ke-20 yang lalu. Suatu ungkapan yang luar biasa, karena waktu itu kita menghadapi kezhaliman dari penjajah Jepang dan Belanda. Dan kezhaliman itu memang seharusnya dilawan dengan Jihad secara fisik. Tak lama dari itu, kemerdekaan pun harus dipertahankan dengan cucuran darah, bersama pekik “Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!” yang dikumandangkan oleh bung Tomo. Lantas, begitu Belanda, Jepang, dan pasukan sekutu telah hengkang dari negeri ini, apakah penjajahan benar-benar musnah dari bumi pertiwi?


Marilah kita menilik berbagai fenomena yang telah berlalu dan ada di sekitar kita. Sejak tahun 1998 kita telah mengalami kehidupan demokrasi yang memberikan peluang bagi rakyat untuk mengemukakan gagasannya dan memberikan kontribusi dalam sistem pemerintahan. Kesadaran politik rakyat pun mulai meningkat. Namun di sisi lain, penyimpangan yang dilakukan masyarakat kita juga sangat parah. Demokrasi diartikan sebagai kebebasan berekspresi dalam berbagai bentuknya, tanpa memandang norma-norma agama, moral dan etika dalam berperilaku. Bagaimana demokrasi yang sesuai jati diri bangsa ini bisa berubah makna menjadi democrazy dan liberalisme? Apalagi dengan memandang Amerika Serikat -negeri yang bobrok dan banyak melanggar HAM- sebagai kiblat demokrasi.

Patut kita rujuk pula, fenomena yang marak dalam tiga tahun terakhir. Media massa kita telah dimarakkan dengan aksi galang SMS mendukung artis dadakan (tontonan yang meniru event di negeri “Paman Sam”). Tak lain pula dengan pengiriman Miss Universe yang bisa membuat wanita Indonesia tak lagi disebut perempuan (dari kata per-empu-an yang memiliki keluhuran makna). Mengapa media kita begitu semarak dengan acara hura-hura yang semakin menjauhkan bangsa ini dari budaya yang luhur? Dan mengapa event ilmiah yang bisa mengangkat derajat bangsa ini hampir tak pernah dibuat menjadi gebyar?

Sebuah cerita yang lain, beberapa waktu yang lalu sebuah media massa menampilkan berita tentang kebanggaan Presiden atas tingginya produksi kendaraan bermotor di Indonesia. Hal itu beliau kemukakan saat peresmian sebuah pabrik motor Jepang. Kebanggaan yang aneh memang. Jika pabrik motor Jepang (dengan teknologi dan inovasi mereka) mampu memproduksi sedemikan besar dan konsumsi Indonesia makin meningkat, apa yang bisa kita banggakan?? Bukankah kita hanya menjadi pasar dari produk mereka? Ditambah lagi dengan lebih bangganya masyarakat kita memakai produk asing daripada hasil karya anak negeri.

Dari fenomena di atas, kita seharusmya bersikap waspada. Penjajahan modern bisa dlakukan tanpa senjata. Invasi militer hanyalah jalan terakhir yang dilakukan kaum neoimperialis bila invasi ekonomi, politik, sosial budaya, dan pemikiran tidak bisa membuat sebuah negara takluk di bawah kekuasaannya. Globalisasi yang mulai berkembang di hadapan kita bisa jadi alat baru bagi mereka untuk “menjajah” kita. Saat inilah kita benar-benar diuji untuk menjadi bangsa besar yang berdaulat penuh atas negeri ini.

Merdeka dan Hidup Mandiri, Adil, dan Sejahtera!
(tfy)


sumber : Buletin Delta Madani

dikirim oleh : Bejo paijo | 6:07 PM

0 Komentar:

Post a Comment

<< Depan